HAJAR ASWAD; Pernah hilang 22 tahun dari tempatnya
الحجر الأسود
1.Ma’na hajar aswad ([1])
Hajar aswad, artinya
adalah batu hitam, yang kini terkenal dengan batu hitam yang berada disudud
tenggara ka’bah yang direkatkan dengan timah dan perak. Dari sudud inilah
thowaf dimulai dan diakhiri, bahkan kalau memungkinkan setiap kali melewatinya
hendaknya menciumnya atau mengusapnya, kalau tidak memungkinkan cukup dengan
melambaikan tangannya saja.
Mencium hajar aswad hukumnya hanya sunnah saja, tidak wajib, Imam Bukhori
meriwayatkan bahwa Sahabat Umar bin Khotob ketika hendak mencium hajar aswad
berkata:
Artinya: Demi Allah, aku tahu bahwa engkau adalah sebuah batu yang tidak
dapat berbuat apa-apa, kalau aku tidak melihat nabi menciummu, niscaya aku
tidak akan menciummu.
Pada tahun 606 M. bangsa Quraisy sedang melakukan pemugaran ka’bah dan
hampir saja terjadi pertumpahan darah antara empat kabilah, mereka berebut
untuk menjadi pemasang hajar aswad di ka’bah, selama lima hari lima malam
bersitegang, akhirnya Abu Umayya berkata: Alangkah baiknya kalau keputusan ini
kita serahkan kepada orang yang pertama kali memasuki masjid pada hari ini !!. Mereka semua setuju atas
saran tersebut, dan ternyata yang pertama kali memasuki masjid pada hari itu
adalah: Muhammad bin Abdullah yang berumur 35 tahun yang sudah terkenal dengan;
jujur, dipercaya,amanah, tidak dusta, tidak bohong, tidak ingkar janji dll,
langsung saja mereka mengadukan halnya kepadanya, akhirnya beliau membentangkan
surban persegi empat dan meletakkan hajar aswad ditengahnya seraya menyuruh
empat kabilah untuk mengangkatnya bersama-sama, setelah meninggi, beliau
mengambil hajar aswad itu dan meletakkan ditempatnya, mereka rela dan terhindar
dari pertumpahan darah.
2.Keistimewaan hajar aswad
Banyak keistimewaan hajar
aswad, diantaranya apa yang disampaikan oleh DR. Sayid Muhammad ‘Alawi
al-Maliki:
1- Disyariatkan
mencium dan mengusapnya
2- Ditempat
yang mulia, dirumah Allah yang diagungkan, pondasi awal saat nabi Ibrahim
membangun ka’bah
3- Dipermulaan
thowaf
4- Awalnya
berwarna putih cemerlang, kemudian Allah padamkan cahaya itu
5- Sebagai
saksi dihari kiamat bagi yang menyentuhnya dengan dasar kebenaran.
3.Hajar aswad pernah hilang 22 tahun([2])
Pada tahun 317 H, tanggal
8 Zulhijah, adalah hari tarwiyah, sunnahnya calon jama’ah haji berada di Mina,
hanya tinggal sebagaian kecil saja yang berada di sekitar ka’bah. Waktu itu
rombongan dari Irak yang dipimpin oleh: Mansur Addailami telah tiba di Makkah,
mereka mulai merampas harta jama’ah haji bahkan menyerangnya dimanapun berada,
termasuk yang berada disisi ka’bah, mereka membabibuta, sehingga banyak sekali
calon jama’ah haji yang bergelimpangan bersimbah darah dari keganasan mereka
itu.
Abu Thohir Sulaiman bin
Abi Sa’id, pimpinan mereka yang sedang duduk dipintu ka’bah berkata: Aku adalah
Allah, demi Allah, Akulah yang menciptakan seluruh makhluq dan akulah yang akan
membinasakannya..,
Jama’ah haji yang
menyaksikan hal diatas sangat cemas sehingga mere banyak yang berlindung dan
merapatkan dirinya ke kiswah, tetapi justru mereka disapu dengan pedang
terhunus, begitu juga nasib jama’ah yang sedang thowaf.
Ketika hasrat bangsa
Qoromithoh untuk membunuh jama’ah haji terpenuhi, pemimpin mereka menyuruh agar
mayat-mayat dimasukkan kedalam sumur zam-zam, kemudian mereka menghancurkan
sumur tersebut, kemudian mencongkel pintu ka’bah, melepas kiswah dan merobeknya
ramai-ramai, kemudian melepas hajar aswad sambil sesumbar: Mana burung
ababil..? mana batu sijjil..? kemudian mereka menggondol hajar aswad ke
negrinya selama 22 tahun.
Amir Makkah berusaha
merayu mereka agar tidak membawa hajar aswad dengan harta yang banyak, tetapi
justru seranganlah yang didapat sehingga banyak keluarga Amir menjadi kurban.
Ibnu al-Atsir menyebutkan; pimpinan Qoromithoh yang berada di Afrika
bernama: Al-Mahdi akhirnya mendengar kelakuan bawahanya yang berada di Iraq,
kemudian melayangkan surat yang isinya mencerca terhadap perbuatan Abu Thohir
dan kawan-kawanya. Akhirnya
perbuatan mereka terbongkar dan al-Mahdi menyuruh mengembalikan apa yang telah
diambilnya dari Makkah.
Pada tahun 339 H, hajar aswad dikembalikan ketempat semula yaitu ka’bah,
setelah disandra bangsa Qoromithoh pada tahun 317 H, Amir Turki pernah
menawarkan tebusan untuk hajar aswad sebesar 50.000 dinar, tetapi mereka
menolaknya dan berkata: Kami mengambilnya atas perintah, maka kami tidak akan
mengembalikannya kecuali atas perintah.
Hajar aswad pernah dipindah ke Kufah dan digantung disetiap tiang yang tujuh
dimasjidnya agar semua manusia menyaksikannya, akhirnya atas perintah pimpinan
mereka hajar aswad dikembalikan ke ka’bah pada Zulqo’dah 339 H, maka rianglah
kaum muslimin.
Dalam kitab Akhbarul Kiram disebutkan bahwa Abdullah bin Akim sebagai
utusan penerima hajar aswad dari suku Qurmuth, ketika menerima ia langsung
memasukkan ke dalam air dan batu itu langsung tenggelam kemudian ia angkat dan
ia bakar, ternyata batu itu pecah, maka ia menolak dan menyatakan batu itu
palsu. Kemudian
ia diberi batu yang kedua oleh pimpinan Qurmuth, batu itu telah diminyaki dan
dikemas dengan rapi, tetapi ia masih mengujinya dan hasilnya sama, maka ia
tetap meminta yang aslinya. Kemudian ia diberi batu yang ke tiga dan ia uji,
ternyata batu itu tidak tenggelam dalam air malah terapung dan ketika dibakar
tidak panas, maka Abdullah berkata dengan puas: Nah inilah batu kita”.
Pimpinan Qurmuth terkesima
dan bertanya: Dari mana anda mendapat ilmu seperti itu ?? jawabnya: Nabi pernah
bersabda: Hajar aswad adalah tangan kanan Allah yang ada dibumi, pada hari
kiamat nanti tampak memiliki mulut dan menyaksikan siapa saja yang pernah
menyalaminya dengan niat baik maupun buruk, tidak akan tenggelam dalam air dan
tidak panas dalam api”.
Akhirnya Allah melimpahkan
kepada pemimpin Qurmuth itu berupa siksa dunia yaitu penyakit yang
bertahun-tahun tidak sembuh dan terlepaslah persendianya semisal lepra sebelum
ajal tiba.
( by.FahriFaisal-Makkah 2001)
[1]
Lihat al-Masjid al-Haram fi qolbi al-Malik ‘ Abdul ‘Aziz/ al-‘Abdali/ h 111
[2]
Lihat Tarikh Daulah ‘Abbasiah jld 1 / h 237
Komentar